Cerpen Cita-Citaku: Menjadi Seorang Dokter - PPPK SDN KUALA TUHA

Update

Agus Saputra, S.Pd.I // Guru Kelas VI

Cerpen Cita-Citaku: Menjadi Seorang Dokter

Cerpen Cita-Citaku: Menjadi Seorang Dokter

Hari itu, angin sepoi-sepoi bertiup lembut di kota kecil itu. Di sebuah rumah kecil di pinggir jalan, hiduplah seorang gadis bernama Maya. Maya adalah seorang siswa kelas enam yang penuh semangat dan impian besar. Impian terbesarnya adalah menjadi seorang dokter yang bisa menyembuhkan penyakit dan membantu orang-orang yang membutuhkan.

Sejak kecil, Maya selalu terpesona dengan dunia medis. Ia sering kali menghabiskan waktu membaca buku-buku tentang tubuh manusia, penyakit, dan pengobatan. Keluarganya selalu mendukung cita-citanya, dan ibunya adalah sumber inspirasi terbesarnya. Ibunya adalah seorang perawat yang penuh kasih dan selalu ceria dalam membantu pasien-pasien di rumah sakit.

Setiap hari setelah pulang sekolah, Maya akan menghabiskan waktu di perpustakaan kota. Ia membaca tentang berbagai penyakit, cara pengobatan, dan perkembangan ilmu kedokteran terbaru. Maya tahu bahwa perjalanan menjadi seorang dokter tidaklah mudah, tetapi tekad dan semangatnya tidak pernah pudar.

Waktu berlalu, dan Maya tumbuh menjadi remaja yang semakin mantap dengan cita-citanya. Ia berprestasi di sekolah dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia juga sering mengunjungi rumah sakit setempat untuk mengenal lebih dekat dunia medis. Setiap kali ia melihat seorang dokter atau perawat bekerja, hatinya bergetar karena ia tahu inilah yang ingin ia lakukan di masa depan.

Namun, perjalanan menuju cita-citanya tidak selalu mulus. Ada saat-saat ketika Maya merasa lelah dan ragu, terutama saat tumpukan tugas sekolah dan persiapan ujian semakin menumpuk. Tetapi setiap kali ia merasa putus asa, ia akan mengingat ibunya yang selalu tersenyum di tengah kesibukan merawat pasien. Itu adalah pendorong terbesarnya.

Ketika tiba waktunya untuk memilih universitas, Maya mengambil langkah berani dengan mendaftar di fakultas kedokteran universitas ternama. Proses seleksi tidak mudah, tetapi tekad dan usahanya selama ini membuahkan hasil. Ia diterima di fakultas kedokteran impian dengan perasaan campuran antara gugup dan sukacita.

Empat tahun berlalu dengan cepat. Maya belajar dengan giat, mengikuti praktek klinis, dan mendalami berbagai bidang ilmu medis. Setiap tantangan dan hambatan ia hadapi dengan tekad yang semakin kuat. Pada hari kelulusan, ia merasa bangga dan terharu. Ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanannya sebagai seorang dokter.

Setelah lulus, Maya memutuskan untuk mengabdikan dirinya di daerah pedesaan yang membutuhkan tenaga medis. Ia ingat betul bagaimana ia tumbuh di lingkungan kecil yang kurang mendapatkan perhatian medis. Ia ingin membantu orang-orang di sana agar dapat hidup lebih sehat dan sejahtera.

Perjalanan Maya sebagai seorang dokter tidaklah mudah, tetapi kegigihan dan cintanya pada profesi medis menjadikannya sosok yang dihormati di komunitasnya. Ia tidak hanya mengobati fisik, tetapi juga memberikan semangat dan dukungan kepada pasien-pasiennya. Ia telah mewujudkan cita-citanya menjadi kenyataan, dan ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang untuk terus belajar dan tumbuh sebagai seorang dokter yang lebih baik.