Paman Leman dan 3 Ekor Rakun - PPPK SDN KUALA TUHA

Update

Agus Saputra, S.Pd.I // Guru Kelas VI

Paman Leman dan 3 Ekor Rakun

Cerita Paman leman dan 3 ekor rakun

Di sebuah peternakan yang luas terdapat seorang peternak bernama Paman Leman. Paman Leman, demikian ia sering dipanggil oleh tetangga di sekitarnya, menjalani hari-harinya dengan bekerja keras. Ia merawat sapi-sapinya, memerah susu, memberi makan ternak, dan mengurus ladangnya.

Setelah seharian sibuk dengan pekerjaannya, menjelang malam Paman Leman merasakan pegal dan kelelahan yang melanda tubuhnya. Setelah makan malam, ia segera berbaring di tempat tidurnya yang besar dan nyaman. "Sungguh, hari ini aku sangat lelah," keluhnya sambil menarik nafas dalam. Tak lama kemudian, kelelahan itu membawa Paman Leman ke dalam alam mimpi.

Namun, di tengah tidurnya, Paman Leman terbangun oleh suara berisik yang berasal dari loteng rumahnya. Ia merasa terganggu dan segera mengenakan sandal serta mengambil senter. Dengan hati-hati, Paman Leman mendaki tangga menuju loteng. Ketika pintu loteng terbuka, ia hampir saja terjatuh karena kaget dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Ia melihat tiga ekor rakun sedang bersenandung dengan riangnya. Kehadiran mereka mengganggu tidur Paman Leman. Dengan suara lantang, ia berteriak, "Diamlah!" Namun, meski diusir, tiga rakun tersebut tetap bernyanyi dengan semangat. Paman Leman merasa frustasi dan memutuskan untuk kembali ke kamar dan berusaha melanjutkan tidurnya.

Esok harinya, kejadian yang sama terulang kembali. Paman Leman merasa terganggu oleh suara rakun-rakun yang bernyanyi di lotengnya. Paman Leman mengambil keputusan untuk membeli racun pengusir rakun. Malam harinya, ketika suara rakun-rakun kembali terdengar, Paman Leman dengan penuh harap mengharapkan mereka akan pergi setelah terkena racun. Namun, rakun-rakun itu terhindar dari makanan yang telah diberi racun. Mereka dengan cerdik tahu bahwa makanan tersebut berbahaya.

Paman Leman naik ke loteng dan mencoba mengusir rakun-rakun itu dengan teriakan dan sandal yang ia lemparkan. Namun, rakun-rakun itu dengan lincah menghindari serangan dan terus bernyanyi sambil mengejek Paman Leman. Keesokan harinya, Paman Leman pergi ke perpustakaan untuk mencari cara mengusir rakun. Setelah mencari selama hampir satu jam, ia menemukan buku yang berisi tips mengusir rakun.

Dalam buku tersebut, Paman Leman menemukan bahwa cara mengusir rakun adalah dengan membuat suara bising, seperti memutar radio dengan volume tinggi. Paman Leman segera pulang dan menyiapkan radio tua yang dimilikinya. Ia memutar kaset lagu rock ke dalam radio tersebut.

Pada malam harinya, Paman Leman memasang radio di loteng dan berharap agar rakun-rakun itu akhirnya pergi. Namun, ketika ia mencoba tidur, rasa penasaran membuatnya ingin melihat apakah taktiknya berhasil. Ia kembali terkejut melihat rakun-rakun itu masih berada di loteng, bahkan mereka bukan hanya bernyanyi, tetapi juga menari mengikuti irama musik yang keras.

Kelelahan dan kekesalan telah mencapai puncaknya pada Paman Leman. Wajahnya memerah karena marah, dan setelah mematikan radio, ia berteriak sekuat tenaga, "Diam!" Suaranya menggetarkan seluruh ruangan. Setelah itu, Paman Leman berkata dengan tenang, "Aku punya tawaran untuk kalian. Bagaimana kalau kita bertukar tempat? Kalian bisa tinggal di kamarku." Paman Leman mengucapkan kata-kata itu kepada rakun-rakun dengan nada serius. Tak disangka, tiga rakun itu setuju.

Esok malam, rakun-rakun itu menempati kamar Paman Leman, sementara Paman Leman tidur di loteng. Setelah bernyanyi dan menari dengan riangnya, akhirnya rakun-rakun itu lelah dan tertidur di kamar. Paman Leman yang tidur di loteng merasa sangat nyaman dan damai. Pekerja keras itu tidak lagi terganggu oleh suara rakun-rakun dan akhirnya dapat tidur dengan nyenyak setelah seharian bekerja. Rakun-rakun tersebut tidak pernah lagi datang ke rumah Paman Leman. Sejak itu, hidup Paman Leman menjadi jauh lebih tenang dan nyaman setelah menyelesaikan pekerjaannya.